Nanda Perdana Putra 4715092430
JIAI IPI’09 FIS UNJ
Malaikat menurut perspektif AlQuran
Pendahuluan
Al Quran merupakan Firman Allah yang
diturunkan kepada nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril. Dewasa kini, perbedaan
mengenai cara pandang memahami Al Quran malah menjadi bumbu perpecahan di
kalangan umat islam. Penafsiran tekstual dan kontekstual tidak dapat sejalan
dikarenakan ketidakpuasan sepihak. Hakikat Malaikat pun menjadi sorotan utama
dikarenakan adanya pendapat bahwasannya Al Quran merupakan karangan nabi
Muhammad.
Cara pandang dalam memahami dan menafsirkan Al Quran merupakan
sebab utama yang membuat perbedaan dalam memahami hakikat dari Malaikat. Penafsiran
tekstual dan kontekstual mengenai ayat-ayat Al Quran yang berkaitan dengan Malaikat
mestinya dapat beriringan demi menghadapi perkembangan zaman. Berdasarkan hal
tersebut maka penulis mengangkat judul Malaikat menurut perspektif Al Quran
dengan harapan dapat lebih menyelaraskan pendapat-pendapat yang berbeda seputar
Malaikat.
Pembahasan
A. Pengertian
Malaikat
Secara etimologis, kata malaikah
dalam penggunaannya pada bahasa Indonesia, biasanya dianggap berbentuk tunggal,
sama dengan kata ulama. Dalam bahasa Arab, -dilihat dari asal katanya-keduanya
berbentuk jamak, dari kata malak untuk malaikat dan ‘alim untuk ulama. Ada
ulama yang berpendapat bahwa kata malak terambil dari kata alaka-ma’lakah yang
berarti mengutus. Malaikat adalah utusan-utusan Allah SWT, untuk berbagai
fungsi. Ada juga yang berpendapat bahwa kata malak terambil dari kata la’aka
yang berarti menyampaikan sesuatu. Malak atau Malaikat adalah makhluk yang
menyampaikan sesuatu dari Allah SWT. Allah SWT berfirman:
ßôJptø:$# ¬! ÌÏÛ$sù ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur È@Ïã%y` Ïps3Í´¯»n=yJø9$# ¸xßâ þÍ<'ré& 7pysÏZô_r& 4oY÷V¨B y]»n=èOur yì»t/âur 4 ßÌt Îû È,ù=sø:$# $tB âä!$t±o 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ÖÏs% ÇÊÈ
“Segala puji bagi Allah
Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk
mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang)
dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al-Faathir: 1)
ãAÍit\ã sps3Í´¯»n=yJø9$# Çyr9$$Î/ ô`ÏB ¾ÍnÌøBr& 4n?tã `tB âä!$t±o ô`ÏB ÿ¾ÍnÏ$t6Ïã ÷br& (#ÿrâÉRr& ¼çm¯Rr& Iw tm»s9Î) HwÎ) O$tRr& Èbqà)¨?$$sù ÇËÈ
“Dia menurunkan Para
Malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia
kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, Yaitu: "Peringatkanlah olehmu
sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka hendaklah
kamu bertakwa kepada-Ku.” (QS An-Nahl: 2)
Secara terminologis, mayoritas ulama
mengatakan bahwa malaikat adalah makhluk gaib yang diciptakan Allah SWT dari
cahaya, mereka taat dan patuh terhadap apa yang diperintahkan Allah SWT dan
selalu mengerjakan perintah tersebut. Allah SWT berfirman:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydßqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pkön=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâxÏî ×#yÏ© w tbqÝÁ÷èt ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtur $tB tbrâsD÷sã ÇÏÈ
“Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS At-Tahrim: 6)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Malaikat diciptakan dari cahaya, dan jin diciptakan
dari nyala api ….” (HR. Muslim no. 60)
Dalam memahami pengertian malaikat, cendikiawan muslim memiliki
pendapat yang berbeda. Diantaranya mengenai penciptaan malaikat yang berasal
dari cahaya. Menurut Dr. Andi Hadiyanto dosen JIAI FIS UNJ, cahaya yang dimaksud
adalah cahaya murni. Terdapat dua jenis cahaya yakni cahaya murni dan cahaya
pantulan. Cahaya pantulan merupakan refleksi dari cahaya murni yang hasil dari
refleksi tersebut adalah segala hal yang semu (kekayaan, jabatan, keelokan,
dsb). Cahaya pantulan merupakan unsur dari Iblis. Unsur alam yang murni
merupakan unsur malaikat. Hal tersebut dapat membuat kita merasakan tuhan dan
“membaca” ayat-ayat tuhan. Artinya, malaikat adalah energi metafisik yang
ditangkap manusia, yang dapat membuat manusia merasakan tanda-tanda tuhan.
Menurut Muhammad Abduh, ia menegaskan bahwa, “malaikat adalah
makhluk-makhluk gaib yang tidak dapat diketahui hakikatnya, namun harus
dipercaya wujudnya.” Syekh Muhammad Abduh mengemukakan suatu pendapat yang
kontroversial pula, bahwa tidak mustahil, tidak juga ada keberatan dalam agama,
dan hal tersebut cukup rasional, untuk memahami apa yang dimaksud dengan
malaikat adalah sebagai hukum-hukum
alam. Muhammad Abduh menafsirkan firman Allah SWT QS. An-Nazi’at: 1-5,
ÏM»tãÌ»¨Y9$#ur $]%öxî ÇÊÈ ÏM»sÜϱ»¨Z9$#ur $VÜô±nS ÇËÈ ÏM»ysÎ7»¡¡9$#ur $[sö7y ÇÌÈ ÏM»s)Î7»¡¡9$$sù $Z)ö7y ÇÍÈ ÏNºtÎn/yßJø9$$sù #XöDr& ÇÎÈ
“1. Demi
(malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, 2. Dan
(malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut, 3. Dan
(malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat, 4. Dan (malaikat-malaikat)
yang mendahului dengan kencang, 5. Dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan
(dunia)”. (Dalam ayat 1 s/d 5 Allah bersumpah dengan malaikat-malaikat yang
bermacam-macam sifat dan urusannya, bahwa manusia akan dibangkitkan pada hari kiamat.
sebahagian ahli tafsir berpendapat, bahwa dalam ayat-ayat itu Allah bersumpah
dengan bintang-bintang.)
Malaikat menurut Muhammad Abduh disebutkan sebagai Fal mudab-birati amra. yakni Malaikat mempunyai
tugas sebagai yang mengatur segala urusan dunia. Hal ini merupakan peranan
hukum-hukum alam, sehingga tidak ada salahnya memahami malaikat atau memahami dampak
dari peranannya yang dipahami manusia sebagai hukum-hukum alam.
B.
Wujud Malaikat
Wujud hakikat malaikat masih menjadi
perdebatan para ulama sampai sekarang. Mayoritas ulama berpendapat bahwa
malaikat adalah dzat makhluk gaib yang diciptakan Allah SWT dari cahaya yang
dapat berbentuk dengan aneka bentuk, taat, mematuhi perintah Allah SWT dan
sedikit pun tidak pernah membangkang dari-Nya. Allah SWT berfirman:
ßôJptø:$# ¬! ÌÏÛ$sù ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur È@Ïã%y` Ïps3Í´¯»n=yJø9$# ¸xßâ þÍ<'ré& 7pysÏZô_r& 4oY÷V¨B y]»n=èOur yì»t/âur 4 ßÌt Îû È,ù=sø:$# $tB âä!$t±o 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ÖÏs% ÇÊÈ
“Segala puji bagi Allah Pencipta
langit dan bumi, yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus
berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga
dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al-Faathir: 1)
öqs9ur #ts? øÎ) ®ûuqtGt tûïÏ%©!$# (#rãxÿ2
èps3Í´¯»n=yJø9$# cqç/ÎôØo öNßgydqã_ãr öNèdt»t/÷r&ur (#qè%rèur U#xtã È,ÍyÛø9$# ÇÎÉÈ
“Kalau kamu melihat
ketika Para Malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka
dan belakang mereka (dan berkata): "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang
membakar", (tentulah kamu akan merasa ngeri)”. (QS. Al-Anfal: 50)
Menurut pendapat mayoritas ulama, ayat
diatas merupakan bukti yang menyatakan bahwa para malaikat memiliki dzat (berjasad).
Dinyatakan bahwa Allah menyebutkan para malaikat memiliki sayap, yang
masing-masing malaikat ada yang diberi dua.tiga, dan empat. Para ulama
beranggapan tidak
mungkin sesuatu yang memiliki sayap tidak memiliki dzat (berjasad).
Kata ajnihah adalah bentuk jamak dari kata janah yakni sayap. Bagi
burung misalnya, sayap adalah bagaikan tangan bagi manusia. Kata ini dapat
dipahami dalam arti hakikat, yakni memang makhluk ini memiliki sayap walau kita
tidak mengetahui persis bagaimana bentuknya, bisa juga ia dipahami dalam arti
potensi yang menjadikan ia mampu berpindah dengan sangat mudah dari satu tempat
ke tempat yang lain. Thabathaba’i menegaskan bahwa inilah yang dimaksud oleh
kata tersebut di dalam ayat di atas.
Penafsiran thabatthaba’i membawa kita kepada pemahaman bahwa
malaikat bukanlah dzat yang benar-benar memiliki sayap. Tetapi pengertian
malaikat disini adalah dzat transendental, merupakan kekuatan spiritual yang
maha dahsyat yang inheren dan berkembang dalam diri seseorang. Pengertian sayap
dalam ayat tersebut adalah kemampuan presepsi moral seseorang yang menjadi
sedemikian tinggi sehingga identik dengan hukum moral, yang karena hal
tersebutlah orang lain dapat dengan mudah menerima presepsi moral tersebut.
Presepsi moral orang tersebut dapat berpindah dengan cepat dan berpengaruh
besar terhadap orang lain.
Kemudian firman Allah SWT: yazidu fi al-khalq ma yasya’/ Allah
menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya, penambahan ini dapat
mencakup sekian banyak hal dan aspek, baik jasmani maupun ruhani, ada yang
ditambah kekuatan fisiknya, atau spiritual dan kecedasannya. Ada yang memiliki
kelebihan dalam keindahan dan kecantikan, atau kepandaian bertutur dan kekuatan
argumentasi dan lain-lain sebagainya. Termasuk mengisyaratkan juga akan adanya
malaikat yang memiliki sayap lebih dari empat. Memang dalam riwayat Bukhari dan
Muslim, Rasul SAW melukiskan malaikat Jibril memiliki lima ratus sayap. Az-Zuhri
meriwayatkan bahwa malaikat Israfil memiliki dua belas ribu sayap.
Menurut Muhammad Abduh, pengetahuan tentang hakikat malaikat
sepenuhnya diserahkan kepada Allah SWT. Kalaupun diinformasikan bahwa malaikat
itu bersayap, kita harus mempercayai hal itu. Akan tetapi perlulah dipahami
bahwa sayap malaikat tentu bukan seperti sayap burung yang berbulu, sebab jika
sayap malaikat seperti sayap burung pastinya kita bisa melihatnya.
Kemudian firman Allah SWT: Al Malaikatu yadribuna wujuhahum…../
Para Malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka mereka….,
isi dalam ayat ini menyatakan bahwa para malaikat dapat menyiksa dan memukul
orang-orang kafir. Menurut mayoritas ulama tidaklah mungkin benda yang abstrak
itu dapat memukul ataupun menyiksa.
Kembali kepada cara pandang penafsiran ayat tersebut. Secara
kontekstual, ayat tersebut dapat diartikan sebagai peringatan untuk tetap
menjaga alam. Malaikat disana dapat diartikan sebagai hukum-hukum alam. Dan
kafir disana diartikan sebagai orang-orang yang tidak mematuhi aturan alam.
Melakukan pengerusakan alam dan eksploitasi yang tidak bertanggung jawab. Maka
yang akan terjadi adalah bencana alam sebagai imbalan dari perbuatan mereka.
Pendapat lain mengatakan bahwa Malaikat adalah tentara Allah SWT. Allah
SWT menganugerahkan kepada mereka akal dan pemahaman, serta menciptakan bagi
mereka naluri untuk taat, serta memberi mereka kemampuan untuk berbentuk dengan
berbagai bentuk yang indah dan kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan
yang berat. Berdasarkan firman Allah SWT:
øÎ) ãAqà)s? úüÏYÏB÷sßJù=Ï9 `s9r& öNä3uÏÿõ3t br& öNä.£ÏJã Nä3/u ÏpsW»n=sWÎ/ 7#»s9#uä z`ÏiB Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tûüÏ9u\ãB ÇÊËÍÈ #n?t/ 4
bÎ) (#rçÉ9óÁs? (#qà)Gs?ur Nä.qè?ù'tur `ÏiB öNÏdÍöqsù #x»yd öNä.÷ÏôJã Nä3/u Ïp|¡ôJs¿2 7#»s9#uä z`ÏiB Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tûüÏBÈhq|¡ãB ÇÊËÎÈ
124. “(ingatlah), ketika
kamu mengatakan kepada orang mukmin: “Apakah tidak cukup bagi kamu Allah
membantu kamu dengan tiga ribu Malaikat yang diturunkan (dari langit)?” 125. Ya
(cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu
dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat
yang memakai tanda.” (Ali-Imran: 124-125)
à7n=yJø9$#ur #n?tã $ygͬ!%y`ör& 4
ã@ÏJøtsur z¸ótã y7În/u öNßgs%öqsù 7Í´tBöqt ×puÏZ»oÿsS ÇÊÐÈ
“Dan malaikat-malaikat
berada di penjuru-penjuru langit, dan pada hari itu delapan orang Malaikat
menjunjung 'Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka.” (QS. Al-Haaqqah:17)
Wujud Malaikat juga dapat dikatakan
sebagai penyebab dorongan hati dalam diri manusia untuk melakukan kebajikan.
Muhammad Rasyid ridha menjelaskan bahwa Malaikat dirasakan oleh mereka yang
mengamati dirinya atau membanding-bandingkan pikiran atau kehendaknya yang
mempunyai dua sisi yakni baik dan buruk, dirasakan oleh mereka bahwa dalam
batinnya terjadi pertentangan seakan-akan apa yang terlintas dalam pikiran atau
kehendaknya itu sedang diajukan ke suatu persidangan. Yang ini menerima atau
menolak, yang ini berkata ’lakukan’ dan yang itu berkata ’jangan’. Demikian
halnya sehingga pada akhirnya salah satu pihak memperoleh kemenangan. Hal
seperti itu sering terjadi dalam setiap diri manusia. Kita tidak mengetahui
hakikat hal tersebut tetapi tidak mustahil untuk mengetahuinya, itulah yang
dinamai oleh Allah dengan malaikat atau dinamai (oleh-Nya) penyebab yang
menimbulkan dorongan dalam hati untuk melakukan kebajikan. Dalam menafsirkan
firman Allah:
ãA¨t\s? èps3Í´¯»n=yJø9$# ßyr9$#ur $pkÏù ÈbøÎ*Î/ NÍkÍh5u `ÏiB Èe@ä. 9öDr& ÇÍÈ íO»n=y }Ïd 4Ó®Lym Æìn=ôÜtB Ìôfxÿø9$# ÇÎÈ
4. “Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan Ruh (Malaikat Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan”, 5. “Malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS
Al-Qadr: 4-5)
Kalau menggunakan pendapat ini maka
akan semakin jelas arti turunnya malaikat, yakni seseorang yang mendapatkan
Lailat al-Qadar dan akan semakin kuat dorongan dalam jiwanya untuk melakukan
kebajikan-kebajikan pada sisi hidupnya sehingga ia merasakan kedamaian abadi.
Kata salam diartikan sebagai kebebasan dari segala macam
kekurangan, apapun bentuk kekurangan tersebut baik lahir maupun bathin,
sehingga seseorang yang sibuk dalam salam akan terbebaskan dari penyakit,
kemiskinan, kebodohan, dan segala sesuatu yang termasuk dalam pengertian
kekurangan lahir dan bathin.
Al Quran menuturkan bahwa malaikat itu bermacam-macam, yang
masing-masing mepunyai tugas dan pekerjaan sendiri-sendiri. Ilham kebaikan dan
bisikan kejahatan merupakan hal-hal yang pernah dijelaskan oleh Rasulullah.
Keduanya dapat disandarkan pada makhluk yang berdimensi metafisik yakni
malaikat dan setan. Ide-ide kebaikan yang disebut dengan ilham identik dengan
malaikat dan ide-ide kejahatan yang identik dengan bisikan setan, masing-masing
berpusat pada ruh. Dengan demikian, malaikat dan setan merupakan ruh-ruh yang
berhubungan dengan ruh manusia. Maka dari itu, tidaklah tepat jika malaikat
digambarkan secara fisik. Sebab, kalau pun ia mengadakan kontak dengan ruh
manusia tentulah jasad kontak itu terjadi melalui jasad/tubuh, sementara
manusia sendiri tidak merasakan sedikitpun adanya kontak itu, baik ketika
timbul bisikan maupun ketika timbulnya dorongan dari lubuk hati untuk berbuat kebaikan.
Maka dari itu, malaikat pasti berasal dari alam non-fisik. Bagi setiap Muslim
wajib mengimani ayat yang berbicara tentang malaikat atau memandang kemungkinan
ayat itu sekedar berbicara tentang tamtsil, kemudian ia mengambil pelajaran
darinya.
C. Penyebutan
lain Malaikat dalam Al Quran
Di dalam Al Quran terdapat berbagai
penyebutan yang dimaknai sebagai Malaikat. Diantaranya adalah:
a.
Rusul
ôs)s9ur ôNuä!%y` !$uZè=ßâ tLìÏdºtö/Î) 2uô³ç6ø9$$Î/ (#qä9$s% $VJ»n=y (
tA$s% ÖN»n=y (
$yJsù y]Î7s9 br& uä!%y` @@ôfÏèÎ/ 7ÏYym ÇÏÒÈ
“Dan Sesungguhnya
utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada lbrahim dengan
membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: “Selamat.” Ibrahim menjawab:
“Selamatlah,” Maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi
yang dipanggang.”(QS. Huud: 69)
Malaikat dalam kisah nabi Ibrahim
diceritakan sebagai utusan Allah SWT yang membawa kabar gembira.
b.
‘ibaad
(#qä9$s%ur xsªB$# ß`»oH÷q§9$# #V$s!ur 3 ¼çmoY»ysö7ß 4 ö@t/ ×$t6Ïã cqãBtõ3B ÇËÏÈ
“Dan mereka berkata:
"Tuhan yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak", Maha suci
Allah. sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan”
(QS. Al-Anbiya: 26)
Ayat ini diturunkan untuk membantah tuduhan-tuduhan orang-orang
musyrik yang mengatakan bahwa malaikat-malaikat itu anak Allah. Malaikat adalah
termasuk dari hamba Allah SWT yang dimuliakan.
c. Ruuh
ôNxsªB$$sù `ÏB öNÎgÏRrß $\/$pgÉo !$oYù=yör'sù $ygøs9Î) $oYymrâ @¨VyJtFsù $ygs9 #Z|³o0 $wÈqy ÇÊÐÈ
“Maka ia Mengadakan tabir
(yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami (Jibril)
kepadanya, Maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang
sempurna.” (QS. Maryam: 17)
Para mufassir berpendapat bahwa
Malaikat dalam kisah Maryam ini dimaksudkan kepada Malaikat Jibril yang diutus
Allah SWT untuk menyampaikan bahwa Allah SWT akan memberikan kepadanya seorang
anak.
d. Ruhul Qudus
ö@è% ¼çms9¨tR ßyrâ Ĩßà)ø9$# `ÏB Îi/¢ Èd,ptø:$$Î/ |MÎm7s[ãÏ9 úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Yèdur 2tô±ç0ur tûüÏJÎ=ó¡ßJù=Ï9 ÇÊÉËÈ
“Katakanlah: “Ruhul Qudus
(Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan
(hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira
bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (QS. An-Nahl: 102)
Ruhul Qudus adalah Malaikat Jibril
yang ditugaskan sebagai penyampai Al-Haqq (firman Allah).
e.
Malakul Maut
* ö@è% Nä39©ùuqtGt à7n=¨B ÏNöqyJø9$# Ï%©!$# @Ïj.ãr öNä3Î/ ¢OèO 4n<Î) öNä3În/u cqãèy_öè? ÇÊÊÈ
“Katakanlah: “Malaikat
maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya
kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.” (QS. As-Sajdah: 11)
Malakul maut ditafsirkan sebagai
utusan Allah yang diserahi tugas untuk mencabut nyawa manusia.
f. Raqib
‘atid
øÎ) ¤+n=tGt Èb$uÉe)n=tGßJø9$# Ç`tã ÈûüÏJuø9$# Ç`tãur ÉA$uKÏe±9$# ÓÏès% ÇÊÐÈ $¨B àáÏÿù=t `ÏB @Aöqs% wÎ) Ïm÷ys9 ë=Ï%u ÓÏGtã ÇÊÑÈ
17. “(yaitu) Ketika dua
orang Malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan
yang lain duduk di sebelah kiri. 18. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya
melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf:
17-18)
Raqib ‘atid dimaksudkan sebagai malaikat
pencatat pebuatan dan ucapan yang keluar dari mulut seseorang.
g.
Hafadzah
uqèdur ãÏd$s)ø9$# s-öqsù ¾ÍnÏ$t6Ïã (
ã@Åöãur öNä3øn=tæ ºpsàxÿym #Ó¨Lym #sÎ) uä!%y` ãNä.ytnr& ÝVöqyJø9$# çm÷F©ùuqs? $uZè=ßâ öNèdur w tbqèÛÌhxÿã ÇÏÊÈ
“Dan Dialah yang
mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu
malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah
seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan
malaikat- Malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.” (Al-An’am: 61)
Malaikat adalah hafadzah yakni
sebagai penjaga.
h.Kiraman
Katibin
¨bÎ)ur öNä3øn=tæ tûüÏàÏÿ»ptm: ÇÊÉÈ $YB#tÏ. tûüÎ6ÏF»x. ÇÊÊÈ tbqçHs>ôèt $tB tbqè=yèøÿs? ÇÊËÈ
10. “Padahal Sesungguhnya
bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), 11. Yang mulia
(di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), 12. Mereka mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Infithar: 10-12)
Kiraman katibin adalah makhluk yang
mulia di sisi Allah SWT yang mencatat semua hal yang dikerjakan seseorang.
i.
Khazanah
t,Åur úïÏ%©!$# (#öqs)¨?$# öNåk®5u n<Î) Ïp¨Zyfø9$# #·tBã (
#Ó¨Lym #sÎ) $ydrâä!%y` ôMysÏGèùur $ygç/ºuqö/r& tA$s%ur óOçlm; $pkçJtRtyz íN»n=y öNà6øn=tæ óOçFö7ÏÛ $ydqè=äz÷$$sù tûïÏ$Î#»yz ÇÐÌÈ
“Dan orang-orang yang
bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam syurga berombong-rombongan (pula).
sehingga apabila mereka sampai ke syurga itu sedang pintu-pintunya telah
terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: “Kesejahteraan
(dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! Maka masukilah syurga ini, sedang
kamu kekal di dalamnya”.(QS. Az-Zumar: 73)
Ayat-ayat diatas merupakan ayat-ayat
yang didalamnya terdapat kata-kata yang ditafsirkan mayoritas mufassir sebagai
penyebutan lain dari malaikat.
D.
Iman kepada Malaikat
Keberadaan malaikat diperkuat dengan
dalil Al Qur’an, sunnah dan ijma, maka iman kepada malaikat hukumnya wajib. Berikut ini dalil Al Qur’an dan Hadits
bertalian dengan iman kepada malaikat.
z`tB#uä ãAqߧ9$# !$yJÎ/ tAÌRé& Ïmøs9Î) `ÏB ¾ÏmÎn/§ tbqãZÏB÷sßJø9$#ur 4
<@ä. z`tB#uä «!$$Î/ ¾ÏmÏFs3Í´¯»n=tBur ¾ÏmÎ7çFä.ur ¾Ï&Î#ßâur w ä-ÌhxÿçR ú÷üt/ 7ymr& `ÏiB ¾Ï&Î#ß 4
(#qä9$s%ur $uZ÷èÏJy $oY÷èsÛr&ur (
y7tR#tøÿäî $oY/u øs9Î)ur çÅÁyJø9$# ÇËÑÎÈ
“Rasul telah beriman
kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula
orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): “Kami tidak
membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”,
dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan Kami taat.” (mereka berdoa): “Ampunilah
Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.”(QS. Al-Baqarah: 285)
Sedangkan di antara hadits yang paling populer berkaitan dengan iman
kepada malaikat adalah Hadits mengenai Jibril yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Imam Muslim dari Umar bin Khattab ra:
“Ketika
kami sedang duduk di sisi Rasulullah tiba-tiba muncul seorang laki-laki dengan
mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambut yang sangat hitam, lalu
menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut Rasulullah dan meletakkan kedua
telapak tangannya di atas paha Rasul, dan ia berkata, ‘Wahai Muhamad, beritahu
saya tentang Islam.” Kemudian bertanya lagi tentang iman, ihsan, dan hari
kiamat. Kemudian meninggalkan tempat itu. Lalu Rasulullah saw. bertanya kepada
Umar, “Wahai Umar, apakah kamu tahu siapa yang bertanya tadi?” Umar menjawab,
“Allah dan RasulNya lebih tahu.” Kemudian Rasulullah saw. menjelaskan, “Dia
adalah Malaikat Jibril yang telah datang kepadamu mengajarkan kami tentang
agamamu.”
Dapat disimpulkan bahwa iman kepada malaikat adalah salah satu
rukun akidah Islam. Tidak akan diterima iman seorang muslim, tanpa mengimani
rukun ini. Syekh Muhammad Abduh yang tergolong rasional mengatakan, “Bahwa iman
kepada malaikat adalah pokok iman kepada wahyu. Karena, malaikat penyampai
wahyu adalah roh yang berakal yang memiliki ilmu yang luas dengan izin Allah.
Malaikat menyampaikan wahyu kepada roh Nabi sebagai pokok agama. Karenanya,
penyebutan iman kepada malaikat didahulukan atas penyebutan iman kepada kitab
dan para nabi. Sebab, merekalah yang datang kepada para nabi membawa kitab.
Jadi, mengingkari keberadaan malaikat berarti mengingkari wahyu, kenabian, dan
ruh. Dan itu berarti mengingkari hari akhir. Orang yang mengingkari hari akhir
tujuan utama hidupnya hanyalah untuk kenikmatan dunia, syahwat, dan segala
tuntutannya. Hal ini adalah sumber kesengsaraan di dunia sebelum di akhirat.”
Penutup
A.
Kesimpulan
Secara tekstual Malaikat diartikan
sebagai makhluk gaib yang diciptakan Allah SWT dari cahaya, mereka taat dan
patuh terhadap apa yang diperintahkan Allah SWT dan selalu mengerjakan perintah
tersebut. Sedangkan secara kontekstual, lebih memandang Malaikat sebagai
kekuatan spiritual yang terdapat dalam diri seseorang yang menuntun kepada
kebaikan dan berpengaruh besar terhadap orang lain. Artinya disini pemahaman
tekstual maupun kontekstual tetap mengungkapkan bahwa malaikat itu ada dan
tetap mengimani keberadaan malaikat walaupun dengan sudut pandang yang berbeda.
Dari masing-masing pemahaman
pastilah terdapat kelebihan dan kekurangan. Pemahaman tekstual tentang hakikat
malaikat dapat menyadarkan kita bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang
paling mulia di banding makhluk lainnya termasuk para malaikat, namun ibadah
dan kesyukuran yang ditampilkan manusia tidak sebanding dengan ibadah dan
kesyukuran yang ditunjukan oleh para malaikat. Dengan begitu maka manusia akan
sadar akan kelemahan dan kedurhakaanya terhadap Allah SWT. Manusia akan
senantiasa merasa diawasi oleh Allah SWT, sehingga tidak akan sewenang-wenang
berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan tuntunan ajaran agama.
Pemahaman kontekstual mengenai
ayat-ayat tentang malaikat dapat membantu pemecahan permasalahan hidup manusia.
Membuat manusia senantiasa berusaha mengadakan hubungan dengan “malaikat”
dengan jalan mensucikan jiwa dan meningkatkan ibadah kepada Allah SWT.
Dengan mengetahui dan memahami
argumen dari dua cara penafsiran Al Quran ini kita dapat mengambil hakikat
malaikat yang positif dan berguna bagi kehidupan kita. Jangan sampai menjadikan
perbedaan sudut pandang sebagai pemicu ketidakharmonisan dalam kehidupan sosial
kita.
B.
Saran
Penulisan makalah ini masih jauh
dari sempurna dikarenakan kurangnya referensi mengenai tafsir kontekstual.
Sehingga masih berat sebelah dalam memahami ayat-ayat khususnya yang secara
kontekstual. Penulis berharap kritik yang membangun agar penulisan makalah yang
selanjutnya dapat mendekati sempurna dan sesuai dengan tujuan penulisan makalah
ini yakni menyelaraskan tafsir tekstual dan tafsir kontekstual dalam memaknai
hakikat malaikat dalam perspektif Al Quran sebagai penuntun dalam mengatasi
berbagai persoalan yang selalu datang silih berganti dalam kehidupan kita.
Daftar Pustaka
Al-Jazair,
Syaikh Thahir bin Shalih. Al-Jawahir al-Kalamiyyah. Surabaya: Al-Hidayah.
Muhammad
Fuad Abdul Baqi, Mu’jam Al Mufahras, Darul Hadist Al Qahirah.
Nawawi,
Rif’at Syauqi. Rasionalitas Tafsir Muhammad Abduh: Kajian Masalah Akidah dan
Ibadah. Jakarta: Paramadina.
Shihab,
M. Quraish. Tafsir al-Mishbah
www.atmoon.multiply.com diakses pada
tanggal 18 desember 2011
www.envirobot.multiply.com diakses pada
tanggal 18 desember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar